-->

Penciptaan Manusia dalam Dunia Pendidikan Islam

Penciptaan Manusia dalam Dunia Pendidikan Islam
Share
Amanah yang Allah berikan kepada manusia sebagai khalifah-Nya bukanlah tanpa disertai dengan memberikan potensi Ilahiah yang menyertai eksistensi manusia itu sendiri. Allah dengan sifat al-Rahman dan al-Rahim-Nya memberikan potensi-potensi insani atau Sumber Daya Manusia untuk dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya. Esensi Sumber Daya Manusia yang membedakan dengan potensi-potensi yang diberikan kepada makhluk lainnya merupakan anugerah yang sangat tinggi nilainya.
Alat-alat potensial manusia atau fitrah yang diberikan tersebut harus ditumbuh kembangkan secara optimal terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberi kebebasan atau kemerdekaan untuk berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar manusia tersebut. Namun demikian, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung pada kemauan manusia. Hukum-hukum inilah yang disebut takdir (keharusan universal atau kepastian umum) sebagai batas akhir dari ikhtiar manusia dalam kehidupan.
Di samping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat-alat potensi dan fitrah manusia itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas, lingkungan alam dan geografis, lingkungan sosio-kultural, sejarah dan faktor-faktor temporal. Dalam ilmu pendidikan, faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan itu ada 5 (lima) macam, yang saling berkaitan, yaitu factor tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan. Karena itulah maka minat, bakat dan kemampuan, skill dan sikap manusia yang diwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil yang dicapai dari kegiatan ikhtiarnya tersebut bermacam macam.
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek kependidikan Islam harus didasarkan pada konsep dasar tentang manusia. Pembicaraan diseputar persoalan ini adalah merupakan suatu yang sangat vital dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini pendidikan akan meraba-raba. Bahkan menurut Ali Ashraf, pendidikan Islam tidak akan difahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.
Sedikit banyak dalam  filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta ini, paling tidak ada 2 (dua) implikasi terpenting dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, yaitu:
  1. Karena manusia adalah makhluk yang resultan dari dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu kearah realisasi dan pengembangan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam proses kependidikan Islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi pribadi yang sempurna (al-insan al-kamil).
  2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai khalifah dan ‘abdun. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan Islam merupakan upaya yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaannya, baik sebagai khalifah maupun ‘abd.
Kedua hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya sangat bergantung pada sejauh mana kemampuan umat Islam  menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta ini. Untuk menjawab hal itu, maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dari satu generasi kepada generasi berikutnya.
Dalam konteks ini dipahami bahwa posisi manusia sebagai khalifah dan ‘abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas, agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa sebagai subtansi dan aspek ‘abd. Sementara itu, keberadaan manusia sebagai resultan dari dua komponen (materi dan immateri) menghendaki pula program pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada konsep equilibrium, yaitu integrasi yang utuh antara pendidikan aqliyah dan qalbiyah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel