-->

Bagaimana Jadinya Jika Produk Amerika Serikat Dan Israel Diboikot

Bagaimana Jadinya Jika Produk Amerika Serikat Dan Israel Diboikot
Share

Semenjak keluarnya kebijakan presiden Amerika Serikat tentang keputusan Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, banyak menuai konflik dibelahan dunia. Keputusan kontroversi tersebut muncul saat Trump mengeluarkan statemen akan rencananya memindah kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Dampak dari sikap politis Amerika Serikat atas Yerusalem mulai bermunculan. Reaksi negara-negara di Eropa pun telah banyak mengeluarkan kecaman atas keputusan Trump terhadap Yerusalem, seperti Perancis, Jerman bahkan Uni Eropa, salain itu di Indonesia juga menuai banyak kecaman atas keputusan Donald Trum tersebut.

Di Indonesia sendiri kecaman itu bermunculan hingga di daerah, seperti yang terjadi di Konsulat Jendral Amerika(KONJEN AS) yang ada di Surabaya diserbu masa untuk menolak keputusan Donald Trump atas pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Tak hanya itu saja yang terjadi di Indonesia, baru-baru ini  ratusan ribu umat Islam pada Minggu, (17/12) menggelar unjuk rasa yang dipusatkan di kawasan Monumen Nasional, Jakarta. Mereka berdemonstrasi untuk menolak pengakuan sepihak yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Selain itu masa aksi juga menuntuk pemerintah Indonesia untuk memboikot produk-produk dari Amerika dan Israel.

Seruan pemboikotan produk Amerika dan Israel di Indonesia ini menjadi menarik untuk dibahas. Karena melihat ketika semua produk-produk tersebut diboikot dari Indonesia bagaimana jadinya nanti?

Awal Mula Seruan Boikot di Belahan Dunia
Sebelumnya, seruan boikot produk Israel dan Amerika Serikat sudah ada sejak lama dikampanyekan keras-keras oleh para aktivis anti-Israel di berbagai belahan dunia.

Seruan ini juga pernah dibahas dalam forum Gerakan Non- (GNB) di Iran pada Agustus 2012. Dengan beranggotakan 120 negara dan merepresentasikan 55 persen penduduk dunia, Forum Gerakan Non-Blok tersebut menyepakati deklarasi solidaritas Palestina, selain itu negara-negara GNB harus menolak setiap keputusan yang tidak bijaksana dan mampu membela kepentingan negara-negara lain. Disisi lain juga tidak boleh tunduk pada perlakuan yang tidak adil oleh pemerintah Barat

Bahkan ulama asal Mesir Dr. Yusuf Qaradawi di tahun 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram bagi orang Islam membeli produk-produk Israel. Menurutnya setiap uang yang dibelanjakan untuk membeli produk Amerika atau Israel akan dengan cepat menjadi peluru-peluru yang membunuh anak-anak Palestina.

Seruan Boikot Di Indonesia
Seruan boikot ini sekarang kembali nyaring setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pernyataan kontroversial Trump itu membuat kampanye boikot produk Israel juga nyaring terdengar di Indonesia, khususnya dalam aksi bela Palestina di Monas, Minggu (17/12).

Selain itu seruan boikot produk Amerika dan Israel juga terdengar di daerah-daerah Indonesia, seperti yang terjadi di Konsulat Jendral Amerika (KONJEN AS) yang menyebar diseluruh Indonesia juga diserbu masa untuk menyampaikan aksi menolak keputusan Donald Trump atas pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan berharap untuk produk-produk dari Amerika dan Israel diboikot di Indonesia.

Produk-Produk Amerika dan Israel
Produk Amerika dan Israel telah menguasai pasar dunia, mulai dari produk rumah tangga, alat kecantikan, barang elektronik, restoran cepat saji, hingga aplikasi perangkat lunak.

Sebut saja perusahaan multi nasional penyedia produk rumah tangga seperti Procter & Gamble (P&G). Perusahaan yang berbasis di Ohio Amerika Serikat ini menginvestasikan jumlah yang sangat besar untuk Israel.

Produknya seperti sampo, sabun, detergen, pewangi ruangan, pasta gigi, dan berbagai produk perawatan tubuh dan rumah tangga telah menginvasi seluruh dunia kecuali Korea Utara.

Deretan produk P&G yang populer di Indonesia adalah Downie, Head and Shoulders, Rejoice, Pantene, Oral-B, Gilette, Olay dan popok bayi merek Pampers. Saking populernya pampers, sebagian besar ibu-ibu akan tetap menyebut Pampers sebagai untuk semua merek popok.

Perusahaan P&G sendiri masuk ke Indonesia dan menjadi PT Procter & Gamble Home Products Indonesia tahun 1979 dan langsung menjadi pesaing serius bagi Unilever yang telah masuk Indonesia sejak 1933.

Di tahun 2013 bisnis.com melaporkan sejak P&G masuk Indonesia pasar Unilever tergerus hingga 32%.

Jika produk P&G diboikot, ini juga bisa berarti sebuah kemenangan untuk Unilever. Unilever merupakan perusahaan asal Belanda yang telah bersaing dengan P&G di seluruh pasar dunia.

Dari produk elektronik yang bisa jadi masuk kategori boikot adalah perusahaan Hewlett-Packard atau HP. Alasanya adalah perusahaan teknologi informasi multinasional ini berasal dari Amerika Serikat dan memiliki anak perusahaan HP Indigo Division yang bermarkas di Israel.

Perusahaan ini telah mengekspansi pasar dunia dengan produk-produknya seperti komputer, printer, laptop, dan notebook. Perusahaan IT dan perangkat lunak banyak yang berasal dari Amerika dan Israel sebut saja Intel Corp., Nokia, Dell inc., dan Motorola. Termasuk perusahaan raksasa Microsoft (Windows) dan Apple (Mac, I-Pod, I-Phone).

Siap-Siap Seperti Ini Jika Produk Amerika Dan Israel Diboikot
Produk Amerika dan Israel bukan hanya mempengaruhi pasar bisnis dunia, tapi juga sudah begitu melekat pada kebiasaan masyarakat. Kebiasaan menggunakan gadget dan internet sepertinya harus segera dihilangkan jika kita memutuskan untuk memboikot seluruh produk-produk asal Amerika dan Israel.

Ucapkan selamat tinggal pada mesin pencari yang tahu segalanya, Google. Maka akademisi yang biasa menggunakan Google Scholar harus kembali ke mencari hardcopy.

Dampaknya jika penggunaan Google ikut diboikot bisa sampai kepada para pengendara angkutan online yang menggantungkan rute pada google maps. Dan aplikasi GPS lainnya yang bisa menggantikan googke maps, yakni Waze. Sedangkan Waze sendiri adalah perusahaan yang berasal dari Israel. Aplikasi yang awalnya bernama FreeMap-Israel ini didanai oleh pemodal asal Israel. Kecemerlangan Waze ditandai dengan raihan penghargaan Best Oveall App di Mobile World Congress 2013 mengalahkan Dropbox dan Flipboard.

Jika ingin memboikot semua prouk Israel dan Amerika, silakan bersiap untuk terbiasa menjalani hari-hari tanpa teman di Facebook, tidak bisa melihat cuitan Donald Trump di Twitter, ataupun berbagi foto di Instagram. Karena semuanya produk Amerika.

Meninggalkan gaya hidup berselancar di media sosial tidak semudah mengganti produk detergent ataupun mengganti merek sampo.

Tanpa Facebook, Instagram, dan Twitter akan ada banyak orang yang kehilangan sebagian besar pendapatannya. Misalnya penjual yang kehilangan pembelinya atau selebgram yang kehilangan para penggemarnya.

Dan jangan ketinggalan applikasi pesan Whatsapps yang kini digunakan oleh 1 miliar orang setiap harinya adalah hasil rancangan Amerika. Whatsapp Inc. yang bermarkas di California Amerika Serikat ini digunakan miliaran orang sebagai pengganti pesan singkat SMS.

Whatsapp mampu menyusup ke sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga menjadikannya aplikasi yang sulit tergantikan. Sulit bukan berarti tidak mungkin karena masih ada Line, aplikasi dari negeri sakura yang menawarkan fitur kurang lebih sama canggih dengan Whatsapp.

Tapi sialnya,  sistem aplikasi penyokong Line semuanya produk Amerika, iOS, Android, Windows Phone, BalckBerry, Microsoft Windows, Mac OS X, Nokia Asha, maupun Firefox OS. Dan itu berarti semua tipe smartphone yang menggunakan sistem aplikasi ini harus ikut ditinggalkan.

Produk-produk di atas hanya beberapa contoh dari deretan produk Israel dan Amerika yang telah menguasai dunia.

Ada restoran cepat saji seperti KFC, MC Donals, Burger King, A&W, Pizza Hut, dan Starbucks. Mobil-mobil produk perusahaan Amerika seperti Ford, Hummer, ataupun Chevrolet.

Anak-anak juga harus mulai mengurungkan niat untuk menonton  film-film karya Disney atau Warner Bros.

Jika boikot produk Amerika dan Israel juga berarti tidak bekerja untuk perusahaan mereka, maka ribuan orang harus mencari pekerjaan baru atau memulai berwirausaha mungkin.

1 Response to "Bagaimana Jadinya Jika Produk Amerika Serikat Dan Israel Diboikot"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel